Wednesday, October 26, 2011

Yuk..belajar dewasa (dalam pemikiran)

Ketika menginjak usia 11 tahun, tepatnya waktu kelas 1 SMP. Aku merasakan bahwa aku mulai beranjak dewasa. Karena masalah yang aku hadapi melebihi masalah teman-teman seusiaku. Boleh jadi aku masih sering menangis di saat terjatuh atau dimarahi Omku. Tetapi, yang membuatku merasa lebih dewasa adalah aku bisa menahan semua keinginanku untuk minta ini itu kepada orang tuaku. Ya, aku merasa itu adalah suatu sikap yang dewasa. Di saat kita menginginkan sesuatu dan saat itu juga kita tahu bahwa kita tidak dapat mendapatkannya, selanjutnya kita bisa melepaskannya begitu saja, I think it’s good. Dan itu adalah kedewasaan.


Banyak diantara teman-temanku yang selalu merengek kepada orang tuanya untuk minta dibelikan sepatu baru, padahal sepatu yang lama masih sangat bagus. Dan juga ada seorang teman yang sampai ngambek tidak mau berangkat sekolah karena belum juga dibelikan tas baru oleh Ibunya. Aku teringat kata-kata kakakku, “Apa yang kita mau, tak selamanya harus kita dapatkan.” Aku selalu mengingat dan menjadikan itu sebagai motivasiku untuk tidak terlalu menuntut kepada siapapun.

Ketika sekarang, aku dihadapkan pada situasi yang boleh dibilang pas-pasan. “Ya, it’s ok. We can make it, Darl..” itu yang selalu aku katakan pada suamiku. Kami berdua menikah pada usia yang relatif muda. Suamiku menikahiku pada umur 24 tahun, sedangkan aku 21 tahun. Eitss.. bukan karena MBA loh yaa..--na’udzubillahi min dzaalik-- Kami putuskan untuk menikah di usia muda karena kami salah satu dari sekian banyak manusia yang berpikiran bahwa TIDAK ADA PACARAN  (sebelum menikah) DALAM ISLAM. Awalnya niat kami untuk menikah muda tidak langsung mendapat ijin dari orang tua suami. Maklum, suamiku kala itu masih pengangguran. Dia DO dari kuliahnya karena lebih mengejar karir, walaupun akhirnya karirpun dia tak dapat. Yang namanya orang tua, aku yakin tidak ada orang tua di dunia ini yang tidak menginginkan kebahagiaan untuk anaknya. Pun orang tua suamiku, mereka pernah mengalami masa-masa sulit di awal pernikahan. Terutama masalah Finance, dan untuk masalah yang satu ini tidak bisa dianggap serius.

“Apa Ayah dan Mama tidak akan diusir oleh orang tua kamu kalau melamar dalam keadaan Gesa tidak bekerja seperti sekarang ini?” itu pertanyaan yang mendiang Ayah mertuaku lontarkan ketika bertemu denganku 4 tahun yang lalu. Aku hanya berujar, “Inshaallah enggak Yah, kan dulu Bapak pas ngelamar Ibu juga dalam keadaan nganggur. Kata Bapak, yang penting harus berusaha, untuk masalah rizqi Allah ‘Azza wa Jalla sudah pasti mengaturnya dengan sangat baik..” Dan tak kusangka Ayah mertuaku waktu itu tertawa dengan sangat keras, aku sampai kaget. Dan sempat berfikir apa pendapat orang tuaku salah? Ternyata, Ayah bilang bahwa dia tidak bisa lagi melarang kami untuk menikah kalau sudah begitu jawaban orangtuaku. Karena ternyata, Ayah dan Mama dulu juga seperti itu. Intinya, modal niat dan nekat!!

Ketika kita beranggapan bahwa kita sudah dewasa dalam segi umur, apa kita juga dewasa dalam segi pemikiran? I think kita semua akan berkata, “Tentu saja TIDAK!!” Yup, di saat usiaku yang sekarang..hmm 25 tahun. Dah tua ya? Aku malah sering dianggap orang lebih tua dari umurku yang sebenarnya. Pernah pada saat aku bepergian dengan suami dan buah hatiku dengan mengendarai Kereta Api. Ada anak SMA yang menggoda anakku dan bertanya padaku, “Ichh, lucunya..berapa umur anaknya Tante?” seketika itu juga mukaku memerah dan suamiku tersenyum. Sesampainya di rumah aku mematut diriku di depan kaca, setua itukah aku? Padahal dengan anak SMA tadi seharusnya umur kami cuma bertaut sekitar 4 atau 5 tahun? “Bi, Ummi mukanya tua banget ya?” dengan nada suram aku bertanya kepada belahan jiwaku itu. Dengan senyum yang manis dia berkata padaku bahwa baginya aku tetap manis, cantik dan lucu seperti pertama kali kami bertemu. Oh..so sweet..Thanx God You gave me this man.. Percaya atau tidak ini adalah kelemahan perempuan, suka banget digombalin...tapi hal ini membantuku tampak lebih muda lagi..hahaha sering dikira masih SMA loh... *menghibur diriku saja mungkin orang-orang itu...

Aku menjadi berfikir bahwa aku harus tampak sesuai dengan umurku. Aku tidak mau dianggap lebih tua lagi. Mulai dari memakai facial white atau facial wash. Tapi aku tetap tidak mau berdandan selain di hadapan suamiku. Aku merasa feel better. Dan yang lebih penting lagi, ternyata aku belum se“dewasa” yang aku pikir. Aku masih belum bisa menerima bahwa kenyataannya aku harus masih tetap bekerja dan meninggalkan putriku di rumah dengan neneknya. Aku masih belum bisa mensyukuri ni’mat bahwa ternyata Allah ‘Azza wa Jalla telah menambah rizqiku dengan sehat, dan tentu saja IMAN ISLAM. Dan ternyata menjadi manusia “DEWASA” bukan hal yang mudah dan aku masih perlu banyak belajar. Mungkin salah satu pembelajaranku adalah dengan melihat putriku tumbuh dan berkembang. Semakin sering aku merajuk pada suamiku untuk hal-hal yang sepele, semakin aku sadar aku tidak jauh berbeda dengan Zahrah. Ya, karena Zahrah sering merajuk dan ngambek jika segala sesuatunya tidak sesuai harapan dia, walaupun itu adalah hal yang sangat sepele. “Anakku, mari kita belajar bersama menjadi manusia DEWASA..” hehehehe..

No comments:

Post a Comment