Thursday, March 8, 2012

CERPEN : Harmoni

Empat tahun sudah suamiku meninggalkanku. Aku masih ingat kata-kata terakhirnya yang aku dengar lewat telepon di hari Senin malam itu.
"Ma..ga nyangka ya kita bentar lagi udah mau punya menantu...berarti sebentar lagi, Mama bakal jadi Nenek...hihhiihi cieee...yang mau jadi nenek.." candamu lewat telepon yang aku sama sekali tak mengira akan menjadi canda terakhirmu.

Dan sekarang, dua malaikat kecil yang Allah titipkan lewat kedua putra kita tengah berceloteh dan sesekali mereka berebut mainan dan menangis bergantian, tapi tidak lama mereka tertawa bersama. Ahh... Ayah..seandainya kau tak mendahuluiku, kau pasti bahagia melihat cucu-cucumu yang ceriwis, jail dan sangat menggemaskan ini. Kau tahu Yah, cucu pertamamu perempuan. Dia sangat judes entah mirip siapa, aku pikir lebih mirip menantu pertamamu Dina.. hahaha atau mirip aku? Dan cucu keduamu dari putra kebanggaanmu, putra pertamamu yang menyandang namamu di belakang namanya, Yoga Pradipta kini berumur satu tahun Yah..wajahnya benar-benar mirip Yoga, tapi aku heran dengan hidungnya, yang lebih masuk dan tidak semancung anak kita hihiihi aku pikir kali ini dia sedikit mirip Bundanya...

Ayah..putra bungsu kita, Rully ..dia sudah lulus dari Sekolah Kejuruannya, dia ingin sekali kuliah..tapi kamu tau sendiri Yah, aku tidak sanggup membiayai dia untuk kuliah, aku tak enak untuk membebani kedua putra kita yang sudah berkeluarga karena aku tahu kondisi mereka juga serba pas-pasan. Yah, anakmu kini bekerja di pabrik, dia sangat bangga dengan prestasi kerjanya, aku melihat semangatmu dalam dirinya Yah..

Sungguh, betatapapun ku berusaha untuk menepis bayanganmu, aku tak bisa Yah. Bukan karena aku tidak ikhlas atas kepergianmu, tetapi aku sangat merindukanmu Yah. Hanya lewat senyum dan tawa cucu-cucu kitalah aku mendapat semangat untuk terus menjalani hari tuaku, yang aku sesalkan kau tak dapat merasakan indahnya ini semua Yah... Mudah-mudahan kita semua kelak bisa berkumpul di jannah ya Yah...aamiin..

"Neneeek.....nenek angis yaah??" beberapa waktu lalu Jelita cucu pertama kita menegurku ketika seharian aku termenung dan lebih banyak melamun yang entah mungkin aku melamunkamu Yah.. Aku tak sadar telah menumpahkan butiran-butiran kristal cair dari kedua sudur mataku dan Jelita melihat itu. Kau tahu apa yang dia lakukan Yah? Dia tak hentinya mencoba mencari tahu kenapa neneknya yang cerewet ini tiba-tiba sering diam dan menangis... Dia bertanya lebih dari lima kali Yah.. Karena kesal, aku menjawab dengan nada yang sedikit keras...
"Iya..nenek nangis...kangen ma Atok.." oh iya..cucumu ini memanggilmu Atok, Yah.. hahaha kau pasti tertawa..
Dan kau tau apa yang Jelita lakukan saat dia mendengar aku menangis karena merindukanmu? Dia mengambil foto kita berdua di dekat televisi dan menaruhnya di pelukanku Yah..
"Nih neekk.. angan angis agi yaahh cup..cup..peyuk poto Atoknya yaa...Atok..ini nenek angeennn..." dengan wajahnya yang lugu dia berusaha membuatku berhenti menangis dan memelukku...

Aku teringat bagaimana kita pertama kali bertemu Yah..kau pemuda STM yang urakan tetapi di sisi lain, kau begitu menyayangi Ibumu dan juga adik-adikmu. Bahkan kau tak segan menggodaku waktu itu, padahal sudah jelas aku lebih tua darimu. Dan entah karena pelet cinta apa akhirnya tiba-tiba saja bisa menjadi istrimu..huhuhu. Yah, masih ingat tidak cincin pernikahan kita, kau menjualnya demi ikut kursus Welding Inspection, demi masa depan keluarga kita yang lebih cerah..


Ayah...masih ingatkah engkau bagaimana kau khilaf dan tiba-tiba datang sepucuk surat dari seorang perempuan yang meminta pertanggung jawabanmu karena dia telah mengandung anakmu?? Bagiku itu lebih dari petir di siang bolong.. Ayah.. aku sadar aku tak sempurna, tapi sampai saat ini aku masih belum mengerti apa yang membuatmu mengkhianatiku. Tetapi, terkadang aku merasa bersalah pada Yang Maha Kuasa. Aku merasa kurang bersyukur dan terlalu egois karena tak mengikhlaskanmu untuk poligami, yang padahal Allah sendiri membolehkannya. Bahkan kau sangat adil. Aku terkadang merasa, mungkin Allah ingin menunjukkan bahwa Dia jauh lebih mencintaimu dibanding istrimu ini yang selalu menyalahkanmu. Yah.. entah atas kekuatan apa aku sanggup mendampingimu hingga akhirnya telepon pagi itu meluluhlantakkan hatiku. Kau menghembuskan nafas terakhirmu jauh dariku, disebrang pulau sana kau terbujur seorang diri.. Aku bersyukur Yoga ada di sana, atas ijin Allah dia ada di sana untuk mengurus kepulanganmu Yah.


Sampai saat ini aku masih mencintaimu Yah.. aku bahkan tak sanggup kehilanganmu. Dina sering bilang kalau mungkin aku terlalu mencintaimu Yah.. tapi aku merasa cinta saja tak cukup bahkan menurutku cinta adalah ungkapan dangkal ala anak-anak ABG. Aku merasa rasa sayangku lah yang membuat aku begitu tegak berdiri di sampingmu walau badai sekencang apapun yang menerpaku. Aku merasa miris melihat pasangan-pasangan muda yang begitu mudahnya menyerah karena alasan "beda prinsip", "tidak ada lagi kecocokan", "perselingkuhan", atau alasan lainnya yang membuat seolah-olah janji pernikahan tak ubahnya pacaran. Terlebih lagi ketika mereka tlah memiliki buah hati, apa mereka tak memikirkan bahwa apa yang terjadi itu semua tak lain juga pilihan mereka sendiri yang harus mereka pertanggung jawabkan? Hidup ini adalah pilihan, seperti ketika aku memilihmu, berarti aku harus siap dengan segala konsekuensi ketika aku hidup denganmu. Aku yakin Allah tidak memberikan ujian dan cobaan kepada makhluk-Nya di luar kemampuan kita..


-----------------------


Aku teringat cerita Mama tentang perjalanan hidupnya bersama mendiang Ayah. Begitu besar rasa sayang Mama pada Ayah, sampai sedemikian tersakiti Ayah tetap mampu singgah di tempah terindah di hati Mama dan aku yakin Ayah pun tak bermaksud menyakiti Mama, semua itu karena kekhilafan Ayah dan Ayah belum sempat membuat keadaan lebih baik tapi Allah 'Azza wa Jalla jauh lebih baik merencanakan semuanya. Dan Ayah tetap menjadi sosok yang terbaik tak pernah tergantikan di keluarga ini. Dia tlah ajarkan kami, anak-anaknya untuk mempunyai impian setinggi langit, dan beliau juga tegaskan pada kami untuk tidak menyerah pada setiap ujian dan cobaan dalam hidup, karena hidup adalah meraih impian dan mewujudkannya. Karena hidup tak lagi hanya untuk hari ini, tetapi untuk esok dan seterusnya. Hidup bukan hanya karena cinta yang bertepuk sebelah tangan, atau tak naik kelas, atau bahkan di PHK dari tempat bekerja, tapi hidup adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dengan cara yang halal, hidup adalah segala hal yang harus dipertahankan dengan segenap asa, dan yang pasti hidup adalah pertanggung jawaban kepada Sang Maha Pencipta.


Apa yang telah kita pilih, maka itulah yang harus kita tempuh dan jalani dengan tawadhu dan tawakal, masalah hasil cukuplah Allah 'Azza wa Jalla sebaik-baik penilai. Mama...begitu berat perjuanganmu membesarkan anak-anakmu di kala Ayah merantau demi menghidupi kami. Tapi dengan keimanan dan ketabahanmu kau sanggup menjaga kehormatan keluarga ini. Mama.. di saat Ayah tak lagi ada di sisimu untuk selamanya, cinta itu seolah tak pernah padam..bahkan lebih besar dari yang pernah ada, meskipun duri tajam dan onak tlah memporak porandakan relung hatimu.. Aku sadar, ketika cinta tak hanya terucap, tapi juga teruji dan terbukti...Sebesar-besarnya cinta hanya untuk Sang Penguasa 'Arsy tertinggi...karena dariNya lah sumber segala cinta...


Dan inilah bekal kami yang bisa kami wariskan kepada anak cucu kami....untuk selalu belajar mencintai, menyayangi dan mempertanggungjawabkan pilihan yang telah kami pilih...




Aku mengenal dikau
Tak cukup lama separuh usia ku
Namun begitu banyak..pelajaran
Yang aku terima

Kau membuatku mengerti hidup ini
Kita terlahir bagai selembar kertas putih
Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
Kan terwujud Harmoni

Segala kebaikan..
Takkan terhapus oleh kepahitan
Kulapangkan resah jiwa..
Karna kupercaya..
Kan berujung indah

Kau membuatku mengerti hidup ini
Kita terlahir bagai selembar kertas putih
Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
Kan terwujud harmoni






Lagu ini merepresentasikan semua yang ada dalam cinta yang aku rasakan... 

No comments:

Post a Comment