Pagi ini, aku dikejutkan dengan pesan singkat dari seorang sahabatku. Dia mengabarkan tentang adanya akun dalam salah satu jejaring sosial yang kabarnya dia membuat suatu pernyataan atau beberapa, aku tidak tahu dengan jelas. Intinya dia menjelek-jelekkan Islam dan juga Nabi Muhammad SAW. “Gile bu, parah abiezzz” begitu tulis temanku. Saat itu aku hanya bisa tersenyum, dan langsung menjawab pesan singkatnya itu, ”Udah Mam, lo antepin aje ntu orang. Kaga usah Mami ladenin..” aku sengaja tidak menjelaskan panjang lebar pada temanku kenapa ada saja orang yang seperti itu.
Mungkin kalau aku berada pada kondisi “aku” 7 tahun yang lalu, sangat mungkin aku akan balik mengata-ngatai dia atau bahkan akan mencarinya ke ujung dunia sekalipun (lebaaaay..). Tapi setelah beberapa tahun belakangan, pengalaman mengajarkanku banyak hal. Apalagi agama ini, terlalu indah untuk dikotori dengan hal-hal yang sepertinya tidak penting (menurut aku..).
Dalam pemahaman Islam yang sedikit aku pahami, Islam bukan hanya mengajarkan kebaikan, akan tetapi KEBAJIKAN. Memang kita mempunyai hak untuk membalas pada saat kita disakiti, tetapi bukankah Allah ‘Azza wa Jalla menyediakan pilihan yang lebih baik, yaitu BERSABAR. Boleh saja kita bersikap marah, hal itu wajar karena kita merasa mencintai agama ini dan juga Rasulullah SAW. But, wait..are you really mad at them because of that thing or .....?? Ada banyak jalan yang ditempuh setan untuk terus mengajak kita menjadi teman mereka kelak di neraka (ouchh...so scary..). Mereka bahkan lebih istiqomah dibanding kita. Maka dari itu, Allah SWT menurunkan beberapa Nabi dan RasulNya untuk terus membimbing kita agar selamat dari godaan setan. Kita sebagai manusia akhir zaman, telah dipilihkan sosok manusia yang sangat patut kita jadikan contoh dan tauladan. Dialah Muhammad ibnu Abdullah. Lewat beliau kita mempelajari segala sesuatu dalam menyikapi kehidupan ini.
Siapa bilang Islam itu kolot, katrok? Mereka mungkin saja tidak mengenal Islam. Dan untuk mereka yang bilang beberapa hal buruk tentang Nabi Muhammad, bisa jadi mereka juga tidak mengenal beliau. Kalau kita bersedia dengan hati yang lapang, ikhlas dan bersih..aku yakin kita bisa bersama-sama saling menghargai satu sama lain. Masih ingat tidak bagaimana dulu ada seorang kafir Quraisy yang meludah setiap kali dai melihat Rasulullah SAW? Coba kita bayangkan bagaimana jika kita yang diperlakukan seperti itu? Masih bisa kita tersenyum sebagaimana Rasulullah tersenyum kepada orang tersebut? Masih berbesar hatikah kita untuk menjenguknya ketika dia sakiit dan mendo’akan kesembuhannya? I think that’s ISLAM. Islam pula yang mengajarkan kepada Ali bin Abi Thalib tentang makna sejati JIHAD. Di saat salah satu perangnya, Ali hampir saja memenggal musuhnya tapi urung dia lakukan karena musuhnya meludah ke arahnya. “Nah lo, napa ente kaga jadi bunuh ane Li?” gitu kira-kira si musuh nanya ma Ali. Dengan menahan amarah Ali menjawab, “Ane bunuh ente karena Allah SWT, tapi ketika ente meludah ke wajah ane..ane jadi takut kalau alasan ane bunuh ente karena kemarahan ane sendiri..”
Nah...coba sekali lagi aku pengen kita semua sebagai umat Islam. Bisa selalu menjaga ajaran ini, minimal dengan tidak mengolok-olok kaum lain. Karena dalam Al-Qur’an sendiri Allah SWT telah melarang kita mengolok-olok suatu kaum, karena belum tentu kaum yang mengolok-olok itu lebih baik daripada yang diolok-olok. Hmm...aku benar-benar bersyukur atas nikmat Iman Islam ini. Semua yang aku alami ternyata benar-benar bisa membuatku memandang segala sesuatu tidak hanya dalam satu sisi. Ya, mungkin untuk masalah prinsip tetap satu sisi, sisi yang Allah SWT dan Rasulullah SAW ajarkan tentunya :-)
Begitu banyak hal yang membuat aku bisa memahami kenapa banyak teman, sahabat bahkan saudara yang berbeda pendapat, bahkan berbeda keyakinan denganku. I think it's fine, we're different and that's special. Bukan karena aku berpikiran PLURAL. Of course not!! Malah aku menentang Pluralisme dalam Agama. Biarlah mereka meyakini apa yang menjadi keyakinan mereka, toh Allah SWT tidak salah ketika Dia meyakinkan kita. Bahwa bagimu agamamu, dan bagiku agamaku. Kalaupun ada yang menghina atau mencaci maki ajaran agama ini, bukan aku tak peduli. Tetapi, aku lebih memilih untuk "bersabar" bukan berarti diam itu tidak peduli bukan? Aku memilih untuk "diam" karena kalau aku ladeni, mereka bisa saja semakin menjadi-jadi (lebaayyy gitu). Dan biarlah mereka berkelakuan seperti bar-bar atau militan. Tapi tidak dengan aku. Aku tak mau ajaran suci ini menjadi cereng moreng karena keegoisan dan nafsu amarahku. Bukankah sikap menentukan jati diri. Dan jati diri muslim sejati adalah sesuai dengan apa yang Allah SWT ajarkan dalam Al Qur'an dan Rasulullah SAW contohkan.
Inshaallah aku sedang belajar untuk mencapai itu semua, Bismillahirrahmaanirraahiim.
Memberi teladan adalah cara terbaik. :)
ReplyDeleteyaa..terkadang orang lebih "paham" lewat contoh yang baik daripada banyak berkata-kata...
ReplyDeleteane selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik..dan terus lebih "baik"
great point of view mba..setuju..sedih sama bbrp pndngan yg berniat baik (????/mungkin) tp mlh mmbrikan gmbrn yg tidk baik mngnai islam..salam kenal :). actually i know this blog cos i'm one of fan of andah+vanno sinet, so i often lurking bout the twitter of vandah's fan n i saw mbak twitter n blog n cos mba from Bekasi, same town w/ me :))..i'm sorry if u dont like it...salam kenal
ReplyDeleteaisyah :D
makasih ya Aisyah sayang...aku juga sedang dan akan terus belajar untuk bisa jadi manusia yang lebih baik..
ReplyDeletesalam kenal juga :)